Senin, 24 Juni 2013

DR. GANDHI, SANG PENGAWAS



Siapa yang tidak kenal dengan sosok satu ini? Tokoh yang dilahirkan pada 25 Desember 1931 di Pandeglang ini terkenal jujur dan sederhana. Separuh hidupnya dihabiskannya dalam dunia pengawasan. Mengawali karirnya sebagai ajun akuntan dan akuntan pada kantor Jawatan Akuntan Negara Departemen Keuangan Republik Indonesia selama periode tahun 1956 - 1962, pada tahun 1963 Gandhi dipercaya menduduki sebagai Kepala Kantor Akuntan Negara Irian Barat di Jayapura dan Kepala Kantor Departemen Keuangan Provinsi Irian Barat hingga tahun 1965. Selanjutnya beliau diangkat sebagai Direktur Akuntan Negara (1965 - 1967), Inspektur Jenderal Departemen Keuangan RI (1967 - 1968), Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara Departemen Keuangan (1968 - 1983), dan pada akhirnya dipercaya oleh Presiden Soeharto sebagai Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik Indonesia selama periode 1983 hingga 1993. Di era Gandhi inilah BPKP dikenal sebagai lembaga pengawasan yang disegani. Menjelang akhir masa pengabdiannya Gandhi masih dipercaya untuk menduduki jabatan terhormat sebagai anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI (1993 - 1997) dan Penasehat Ahli BPK RI (1997 - 2003). Pada tahun 2003, di usianya yang sudah 70 tahun, beliau berhasil meraih gelar Doktor Akuntansi pada Universitas Padjajaran. Itulah sekelumit perjalanan karir sosok Gandhi yang ditulis dalam buku ini. Namun bukan hal itu saja yang membuat buku ini harus dibaca oleh generasi muda penerus beliau. Buku ini merupakan buku sejarah yang mencerminkan pengalaman hidup Gandhi yang sebagian besar berkaitan dengan pengawasan keuangan negara.


Gandhi, sosok yang tegas dan konsisten memberantas korupsi, dapat ditemukan pada bagian satu buku ini. Pada bagian ini Gandhi menyatakan niatnya untuk memberantas korupsi karena teringat pesan kakeknya, Haji Abdullah, yang mendidiknya agar berani menindak orang yang suka mencatut terutama yang suka mencatut milik rakyat. Niat untuk memberantas korupsi di negeri ini juga didorong oleh ajaran Prof. Schuil, Direktur Kursus Jabatan Ajun Akuntan, yang mengajarkan bahwa akuntan itu harus jujur, independen, dan obyektif. Jika memeriksa laporan keuangan dan menemukan penyimpangan ke arah korupsi dan pemborosan, akuntan itu harus menyatakannya secara jujur, obyektif, dan independen. Menurut Gandhi, tantangan dalam memberantas korupsi pada masa itu adalah lemahnya pengawasan atasan dan kurangnya tindak lanjut hasil pengawasan. Ketika itu pengawasan belum membudaya di kalangan aparatur negara. Adanya sikap ewuh pakewuh atasan terhadap bawahan yang tidak tega menindak bawahannya dan sikap pimpinan departemen atau lembaga yang belum sepenuhnya menanggapi temuan-temuan pengawasan juga menghambat upaya pemberantasan korupsi pada saat itu. Pada akhir bagian kesatu, Anda dapat membaca mengenai sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia.


Pada bagian kedua Anda akan disuguhi dengan hidangan pengalaman Gandhi ketika menggeluti pengawasan sejak beliau masih sebagai ajun akuntan hingga beliau diangkat sebagai Kepala BPKP. “Tekanan itu Bagian dari Perjuangan,” merupakan judul bagian dua buku ini yang menggambarkan berbagai tekanan yang beliau alami selama melaksanakan tugasnya sebagai pengawas. Pada subjudul Mengembalikan Kerugian Negara, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab, Diusir Permina, dan Membongkar Korupsi di Pertamina, memberikan cerita pengalaman Gandhi akan tekanan yang beliau terima ketika harus melakukan pemeriksaan terhadap seorang pejabat pemegang keuangan pada Jawatan Topografi Angkatan Darat, seorang perwira Angkatan Laut dalam kasus pengajuan anggaran perbaikan Kapal Sawar Jala, dan ketika memeriksa kontrak kerja sama perdagangan antara Permina dengan perusahaan FEOC, serta ketika melakukan pemeriksaan di Pertamina di era kepemimpinan Ibnu Sutowo.


Masih di bagian dua buku ini, Anda akan memperoleh gambaran pribadi Gandhi yang anti sogokan pada subjudul Bank dalam Bank, Pasal Mercedes, dan Algojo Gandhi. Gandhi juga teguh memegang pendiriannya, asal benar beliau akan maju terus. Hal itu dapat Anda baca pada subjudul Selisih Pendapat dengan Menteri Sutami, Pemeriksaan di BULOG, Pemeriksa Tender, dan Menolak Pinjaman Bank Dunia. Gandhi sangat loyal dengan atasannya (Presiden Soeharto ketika itu) namun tetap teguh pada prinsipnya sekalipun putra sang Presiden atau orang dekat Presiden harus diperiksanya. Cerita dengan judul Kalah Tender, Pemeriksaan Pajak Perusahaan, dan Habibie, Habibie memberikan pengalaman Gandhi ketika harus berhadapan dengan Bambang Trihatmodjo, Tommy Soeharto, dan BJ Habibie yang merupakan anak-anak dan orang dekat penguasa orde baru itu.


Di bagian lainnya, Gandhi juga memiliki andil dalam penertiban sistim anggaran dengan diperkenalkannya konsep DIP dan penertiban pajak-pajak negara sebagaimana dimuat dalam subjudul Sistem anggaran, Pemeriksaan Pajak. Pelanggaran Pajak, Mengejar Pajak Liem Sioe Liong, dan Pemeriksaan Bea Cukai. Pada Mengusut Sampai Mati, Meninggal Takut Diperiksa BPKP, Korupsi Departemen Agama, dan Tidak Ada Rasa Jera, Anda akan mendapatkan kisah pengalaman beliau yang lucu sekaligus getir selama melaksanakan tugas. Pada bagian kedua ini juga dikisahkan hubungan antara BPKP dan Kejaksaan yang sangat baik dalam upaya memberantas korupsi di negeri ini dan kiprah beliau dalam membuat program pendidikan seperti Program Pendidikan Bendaharawan, Program Pendidikan Pembukuan dan Administrasi Keuangan, Program Pendidikan Pengawas Bendaharawan, dan Program Pendidikan Pengawas Intern.


Pria yang hobi main tenis dan suka nonton wayang golek ini memiliki prinsip kerja menghargai kejujuran, berani bicara jujur, jangan menerima sogokan, jangan memberi peluang korupsi, memangkas kebijakan rawan korupsi, menjaga kode etik akuntan, prinsip tidak ada kekeluargaan, lebih baik merendah daripada menyombongkan diri, menjaga aturan, jangan menunda kenaikan pangkat, dan hidup sederhana. Prinsip hidup tersebut mendapatkan kata ‘amin’ dari para tokoh, sahabat, teman, dan bawahan beliau, termasuk istri beliau Prof. Dr. Lousia Magdalena Lapian, yang memberikan testimoni-nya pada bagian tiga buku ini. Sebagai istri, sosok Lousia Magdalena adalah istri yang sangat mendukung suaminya, Gandhi, dalam menjalankan tugas-tugas pengawasannya.


Gandhi kecil terlahir sebagai piatu dan dibesarkan oleh kakek neneknya. Kakek neneknya-lah yang gigih menyekolahkan Gandhi kecil mulai dari HIS Pasundan di jaman Belanda dan Sekolah Rakyat Enam Tahun di jaman Jepang, kemudian melanjutkan ke SMP di Purwakarta. Ada juga cerita menarik Gandhi muda dihukum oleh Direktur Sekolahnya karena keluar asrama tanpa izin dari pengurus asrama. Gandhi muda juga aktif dalam organisasi pelajar. Gandhi muda terpilih sebagai ketua Persatuan Pelajar Indonesia Cabang Subang dan terpilih sebagai ketua utusan Subang/Purwakarta ke Kongres Gabungan Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia dan Persatuan Pelajar Indonesia pada tahun 1950 di Yogjakarta. Setelah lulus dari SMP, Gandhi muda melanjutkan ke SMA Negeri di Bandung. Sambil sekolah SMA, Gandhi muda mengajar di SD Cimindi. Gandhi muda lulus SMA dengan angka yang baik. Seusai lulus SMA, Gandhi muda mengikuti kursus Jabatan Ajun Akuntan (1953-1955), dan lulus sarjana akuntan pada fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Gandhi muda pernah menjadi tentara pelajar dan pernah tertembak dan ditawan Belanda ketika turut mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tercinta. Gambaran lengkap Gandhi kecil hingga dewasa dapat Anda peroleh dari bagian keempat buku ini.

Kiprah Gandhi lainnya adalah pernah sebagai Dewan Komisaris PT Rajawali Nusantara Indonesia, anggota Dewan Komisaris PT Sarinah Departmen Store dan PT Hotel Indonesia, dan sebagai Komite Audit pada beberapa perusahaan swasta. Beliau memperoleh penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Piagam Penghargaan Presiden Republik Indonesia dalam Rangka Pembebasan Irian Barat, Satya Lencana Karya Satya, dan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Republik Indonesia (1990).  Namun pada akhirnya perjuangan itu harus berakhir juga sesuai takdirNya. Pada awal 2010, Gandhi-Sang Pengawas menghembuskan nafas terakhirnya di usia 79 tahun. 


Anda tidak akan puas kalau hanya dengan membaca resensi tentang perjalanan hidup Gandhi, Sang Pengawas ini. Anda harus membaca dengan tuntas buku setebal 376 halaman tersebut dan semoga dapat memetik hikmah dan pengalaman hidup dari seorang Gandhi. Keteguhan pendirian, jujur, dan kesederhanaannya patut menjadi teladan hidup bagi generasi penerusnya. Perjuangan seorang Gandhi dalam memberi kesadaran akan pentingnya pengawasan di kala itu patut dilanjutkan oleh generasi muda penerusnya.