Siapa yang tidak kenal dengan sosok satu ini? Tokoh yang dilahirkan
pada 25 Desember 1931 di Pandeglang ini terkenal jujur dan sederhana. Separuh
hidupnya dihabiskannya dalam dunia pengawasan. Mengawali karirnya sebagai ajun
akuntan dan akuntan pada kantor Jawatan Akuntan Negara Departemen Keuangan
Republik Indonesia selama periode tahun 1956 - 1962, pada tahun 1963 Gandhi
dipercaya menduduki sebagai Kepala Kantor Akuntan Negara Irian Barat di
Jayapura dan Kepala Kantor Departemen Keuangan Provinsi Irian Barat hingga tahun
1965. Selanjutnya beliau diangkat sebagai Direktur Akuntan Negara (1965 - 1967),
Inspektur Jenderal Departemen Keuangan RI (1967 - 1968), Direktur Jenderal
Pengawasan Keuangan Negara Departemen Keuangan (1968 - 1983), dan pada akhirnya
dipercaya oleh Presiden Soeharto sebagai Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Republik Indonesia selama periode 1983 hingga 1993. Di era
Gandhi inilah BPKP dikenal sebagai lembaga pengawasan yang disegani. Menjelang
akhir masa pengabdiannya Gandhi masih dipercaya untuk menduduki jabatan
terhormat sebagai anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI (1993 - 1997) dan
Penasehat Ahli BPK RI (1997 - 2003). Pada tahun 2003, di usianya yang sudah 70
tahun, beliau berhasil meraih gelar Doktor Akuntansi pada Universitas
Padjajaran. Itulah sekelumit perjalanan karir sosok Gandhi yang ditulis dalam
buku ini. Namun bukan hal itu saja yang membuat buku ini harus dibaca oleh
generasi muda penerus beliau. Buku ini merupakan buku sejarah yang mencerminkan
pengalaman hidup Gandhi yang sebagian besar berkaitan dengan pengawasan
keuangan negara.
Gandhi,
sosok yang tegas dan konsisten memberantas korupsi, dapat ditemukan pada bagian
satu buku ini. Pada bagian ini Gandhi menyatakan niatnya untuk memberantas
korupsi karena teringat pesan kakeknya, Haji Abdullah, yang mendidiknya agar
berani menindak orang yang suka mencatut terutama yang suka mencatut milik
rakyat. Niat untuk memberantas korupsi di negeri ini juga didorong oleh ajaran
Prof. Schuil, Direktur Kursus Jabatan Ajun Akuntan, yang mengajarkan bahwa
akuntan itu harus jujur, independen, dan obyektif. Jika memeriksa laporan
keuangan dan menemukan penyimpangan ke arah korupsi dan pemborosan, akuntan itu
harus menyatakannya secara jujur, obyektif, dan independen. Menurut Gandhi,
tantangan dalam memberantas korupsi pada masa itu adalah lemahnya pengawasan
atasan dan kurangnya tindak lanjut hasil pengawasan. Ketika itu pengawasan
belum membudaya di kalangan aparatur negara. Adanya sikap ewuh pakewuh atasan terhadap bawahan yang tidak tega menindak
bawahannya dan sikap pimpinan departemen atau lembaga yang belum sepenuhnya
menanggapi temuan-temuan pengawasan juga menghambat upaya pemberantasan korupsi
pada saat itu. Pada akhir bagian kesatu, Anda dapat membaca mengenai sejarah
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Pada
bagian kedua Anda akan disuguhi dengan hidangan pengalaman Gandhi ketika
menggeluti pengawasan sejak beliau masih sebagai ajun akuntan hingga beliau
diangkat sebagai Kepala BPKP. “Tekanan itu Bagian dari Perjuangan,” merupakan
judul bagian dua buku ini yang menggambarkan berbagai tekanan yang beliau alami
selama melaksanakan tugasnya sebagai pengawas. Pada subjudul Mengembalikan Kerugian Negara, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab, Diusir Permina, dan Membongkar Korupsi di Pertamina, memberikan cerita pengalaman
Gandhi akan tekanan yang beliau terima ketika harus melakukan pemeriksaan
terhadap seorang pejabat pemegang keuangan pada Jawatan Topografi Angkatan
Darat, seorang perwira Angkatan Laut dalam kasus pengajuan anggaran perbaikan
Kapal Sawar Jala, dan ketika memeriksa kontrak kerja sama perdagangan antara
Permina dengan perusahaan FEOC, serta ketika melakukan pemeriksaan di Pertamina
di era kepemimpinan Ibnu Sutowo.
Masih
di bagian dua buku ini, Anda akan memperoleh gambaran pribadi Gandhi yang anti
sogokan pada subjudul Bank dalam Bank,
Pasal Mercedes, dan Algojo Gandhi. Gandhi juga teguh
memegang pendiriannya, asal benar beliau akan maju terus. Hal itu dapat Anda
baca pada subjudul Selisih Pendapat
dengan Menteri Sutami, Pemeriksaan di
BULOG, Pemeriksa Tender, dan Menolak Pinjaman
Bank Dunia. Gandhi sangat loyal dengan atasannya (Presiden Soeharto ketika
itu) namun tetap teguh pada prinsipnya sekalipun putra sang Presiden atau orang
dekat Presiden harus diperiksanya. Cerita dengan judul Kalah Tender, Pemeriksaan Pajak Perusahaan, dan Habibie, Habibie
memberikan pengalaman Gandhi ketika harus berhadapan dengan Bambang
Trihatmodjo, Tommy Soeharto, dan BJ Habibie yang merupakan anak-anak dan orang
dekat penguasa orde baru itu.
Di
bagian lainnya, Gandhi juga memiliki andil dalam penertiban sistim anggaran
dengan diperkenalkannya konsep DIP dan penertiban pajak-pajak negara sebagaimana
dimuat dalam subjudul Sistem anggaran,
Pemeriksaan Pajak. Pelanggaran Pajak, Mengejar Pajak Liem Sioe Liong, dan Pemeriksaan Bea Cukai. Pada Mengusut Sampai Mati, Meninggal Takut
Diperiksa BPKP, Korupsi Departemen Agama, dan Tidak Ada Rasa Jera, Anda
akan mendapatkan kisah pengalaman beliau yang lucu sekaligus getir selama
melaksanakan tugas. Pada bagian kedua ini juga dikisahkan hubungan antara BPKP
dan Kejaksaan yang sangat baik dalam upaya memberantas korupsi di negeri ini
dan kiprah beliau dalam membuat program pendidikan seperti Program Pendidikan
Bendaharawan, Program Pendidikan Pembukuan dan Administrasi Keuangan, Program
Pendidikan Pengawas Bendaharawan, dan Program Pendidikan Pengawas Intern.
Pria
yang hobi main tenis dan suka nonton wayang golek ini memiliki prinsip kerja
menghargai kejujuran, berani bicara jujur, jangan menerima sogokan, jangan
memberi peluang korupsi, memangkas kebijakan rawan korupsi, menjaga kode etik
akuntan, prinsip tidak ada kekeluargaan, lebih baik merendah daripada
menyombongkan diri, menjaga aturan, jangan menunda kenaikan pangkat, dan hidup
sederhana. Prinsip hidup tersebut mendapatkan kata ‘amin’ dari para tokoh, sahabat,
teman, dan bawahan beliau, termasuk istri beliau Prof. Dr. Lousia Magdalena Lapian,
yang memberikan testimoni-nya pada
bagian tiga buku ini. Sebagai istri, sosok Lousia Magdalena adalah istri yang
sangat mendukung suaminya, Gandhi, dalam menjalankan tugas-tugas pengawasannya.
Gandhi
kecil terlahir sebagai piatu dan dibesarkan oleh kakek neneknya. Kakek
neneknya-lah yang gigih menyekolahkan Gandhi kecil mulai dari HIS Pasundan di
jaman Belanda dan Sekolah Rakyat Enam Tahun di jaman Jepang, kemudian
melanjutkan ke SMP di Purwakarta. Ada juga cerita menarik Gandhi muda dihukum
oleh Direktur Sekolahnya karena keluar asrama tanpa izin dari pengurus asrama. Gandhi
muda juga aktif dalam organisasi pelajar. Gandhi muda terpilih sebagai ketua Persatuan
Pelajar Indonesia Cabang Subang dan terpilih sebagai ketua utusan
Subang/Purwakarta ke Kongres Gabungan Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia dan
Persatuan Pelajar Indonesia pada tahun 1950 di Yogjakarta. Setelah lulus dari
SMP, Gandhi muda melanjutkan ke SMA Negeri di Bandung. Sambil sekolah SMA,
Gandhi muda mengajar di SD Cimindi. Gandhi muda lulus SMA dengan angka yang
baik. Seusai lulus SMA, Gandhi muda mengikuti kursus Jabatan Ajun Akuntan
(1953-1955), dan lulus sarjana akuntan pada fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Gandhi muda pernah menjadi tentara pelajar dan pernah tertembak dan
ditawan Belanda ketika turut mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia
tercinta. Gambaran lengkap Gandhi kecil hingga dewasa dapat Anda peroleh dari
bagian keempat buku ini.
Kiprah
Gandhi lainnya adalah pernah sebagai Dewan Komisaris PT Rajawali Nusantara
Indonesia, anggota Dewan Komisaris PT Sarinah Departmen Store dan PT Hotel
Indonesia, dan sebagai Komite Audit pada beberapa perusahaan swasta. Beliau
memperoleh penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Piagam
Penghargaan Presiden Republik Indonesia dalam Rangka Pembebasan Irian Barat,
Satya Lencana Karya Satya, dan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Republik
Indonesia (1990). Namun pada akhirnya
perjuangan itu harus berakhir juga sesuai takdirNya. Pada awal 2010,
Gandhi-Sang Pengawas menghembuskan nafas terakhirnya di usia 79 tahun.
Anda tidak akan puas kalau hanya dengan membaca resensi tentang perjalanan hidup Gandhi,
Sang Pengawas ini. Anda harus membaca dengan tuntas buku setebal 376 halaman tersebut
dan semoga dapat memetik hikmah dan pengalaman hidup dari seorang Gandhi.
Keteguhan pendirian, jujur, dan kesederhanaannya patut menjadi teladan hidup
bagi generasi penerusnya. Perjuangan seorang Gandhi dalam memberi kesadaran
akan pentingnya pengawasan di kala itu patut dilanjutkan oleh generasi muda
penerusnya.