Sabtu, 28 April 2012

INNOVATE, WE CAN!



PENDAHULUAN
Buku Innovate, We Can karya DR. Avanti Fontana ini memang ‘unik’ tema-nya. Ternyata, untuk memahaminya, saya butuh waktu yang lama sekali dan harus saya baca berulang kali. Ketika seorang teman meminta saya untuk menyiapkan tulisan dengan tema inovasi, saya dipaksa membaca tuntas buku ini, agar saya memahami dengan benar seluk-beluk kata inovasi yang terdengar sederhana itu. Namun sampai saat ini saya masih merasa belum ‘tuntas’ untuk memahaminya secara utuh. Mencoba merangkum isi buku ini dan menghadirkannya dalam blog kita ini, adalah sebuah langkah awal saja untuk memahami makna inovasi itu sendiri. Diskusi panjang mengenai buku setebal 355 halaman setelah ini haruslah diciptakan agar kita semua dapat lebih memahami dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan pribadi, organisasi, bermasyarakat, dan bernegara. Memang, dalam buku ini, contoh-contoh penerapan lebih banyak dikemukakan untuk tingkat organisasi khususnya organisasi bisnis atau perusahaan. Namun secara konsep dapat juga diterapkan untuk individu dan organisasi jenis lainnya seperti organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi politik, dan organisasi sektor publik (pemerintahan).

ISI BUKU INI?
Tak kurang 12 definisi inovasi diketengahkan dalam buku ini. Sebelas definisi di antaranya merujuk pendapat Goswani dan Mathew (2005), dan daftar istilah pada www.pdma.org (2008). Kesebelas item definisi tentang inovasi tersebut adalah sbb:
No
Item
Deskripsi
1
Menciptakan sesuatu yang baru
Merujuk pada inovasi yang menciptakan pergeseran paradigm dalam ilmu, teknologi, struktur pasar, keterampilan, pengetahuan, dan kapabilitas.
2
Menghasilkan hanya ide-ide baru
Merujuk pada kemampuan untuk menemukan hubungan-hubungan baru, melihat suatu subyek dengan perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari konsep-konsep lama.
3
Menghasilkan ide, metode, alat baru
Merujuk pada tindakan menciptakan prdouk baru atau proses baru. Tindakan ini mencakup invensi atau proses baru. Tindakan ini mencakup invensi dan pekerjaan yang diperlukan untuk mengubah idea tau konsep menjadi bentuk akhir.
4
Memperbaiki sesuatu yang sudah ada
Merujuk pada perbaikan barang atau jasa untuk produksi besar-besarandan produksi komersial atau perbaikan sistem.
5
Menyebarkan ide-ide baru
Menyebarkan dan menggunakan praktik-praktik baru di dunia.
6
Mengadopsi sesuatu yang baru yang sudah dicoba secara sukses di tempat lain
Merujuk pada pengadopsian sesuatu yang baru atau yang secara signifikan diperbaiki, yang dilakukan oleh organisasi untuk menciptakan nilai tambah, baik secara langsung untuk organisasi maupun secara tidak langsung untuk konsumen.
7.
Melakukan sesuatu dengan cara yang baru
Melakukan tugas dengan cara yang berbeda secara radikal.
8.
Mengikuti pasar
Merujuk pada inovasi yang berbasiskan kebutuhan pasar.
9.
Melakukan perubahan
Membuat perubahan-perubahan yang memungkinkan perbaikan berkelanjutan.
10.
Menarik orang-orang inovatif
Menarik/merekrut dan mempertahankan kepemimpinan dan manajemen talenta dan manajemen manusia untuk memandu jalannya inovasi.
11.
Melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda
Melihat pada suatu madalah dari perspektif berbeda.
 Avanti lebih memilih definisi ke dua belas yang merujuk pendapat Arnoud De Meyer dan Sam Garg (2005) yang menulis definisi inovasi secara lengkap dalam bukunya Inspire to Innovate. Definisi yang dikemukakan kedua orang tersebut, dianggapnya lebih mengayomi semua item definisi inovasi yang telah disebutkan sebelumnya. Definisi inovasi menurut Arnoud De Meyer dan Sam Garg adalah:

Kesuksesan ekonomi dan sosial berkat diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output yang menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna dan harga yang ditawarkan kepada konsumen dan/atau pengguna, komunitas, sosietas, dan lingkungan.
Definisi-definisi tersebut menjelaskan bahwa inovasi tidak saja berarti “kebaruan” atau sesuatu yang baru, barang dan/atau jasa baru atau sistem produksi baru atau  cara memasarkan yang baru, namun “kebaruan” itu perlu disertai dengan dampak positif bagi konsumen dan produsen. “Kebaruan” itu harus menciptakan nilai guna bagi konsumen dan nilai tambah bagi produsen. “Kebaruan” yang menghasilkan kesuksesan ekonomi dan sosial, pada konteks inovasi dan penciptaan nilai pada tingkat individu, organisasi, dan masyarakat (society) atau negara.
Penciptaan nilai (value creation) merupakan inti dari inovasi. Inovasi yang berhasil adalah inovasi yang menciptakan nilai lebih besar untuk konsumen, untuk komunitas, dan lingkungan pada saat yang sama.

Pada inovasi di tingkat individu, fokus ada pada kemampuan, motivasi, intelegensi, interaksi individu dengan lingkungannya. Penciptaan nilai yang kreatif pada tingkat individu akan berdampak pada kinerja organisasi, langsung dan/atau tidak langsung, sepanjang nilai tambah yang dihasilkan oleh individu tersebut relevan dengan kegiatan-kegiatan organisasi atau lingkungan di mana dia berada.  Pada inovasi di tingkat organisasi, fokus penciptaan nilai ada pada penciptaan pengetahuan, invensi, dan manajemen. Inovasi pada tingkatan ini membangun dan meningkatkan penghargaan konsumen/pengguna terhadap manfaat dari mengkonsumsi atau menggunakan produk (meningkatkan nilai guna produk). Pada inovasi di tingkat masyarakat (sosietas) dan negara, fokusnya adalah pada pemerintah, yang berjuang untuk menciptakan nilai bagi kebaikan dan manfaat (hajat hidup orang banyak). Inovasi di tingkatan ini berfokus pada kegiatan, program, dan insentif untuk berwirausaha dan berinovasi yang dimaksudkan untuk mendorong organisasi-organisasi dan ventura-ventura baru untuk berinovasi dan memperluas manfaat yang mereka hasilkan untk masyarakat dan anggota-anggotanya. Pemerintah menciptakan nilai melalui hukum, peraturan, dan pelayanan-pelayanan yang menyediakan struktur dan stabilitas serta kepastian atau jaminan kualitas.

Bagaimana menatakelola inovasi agar proses penciptaan nilai di atas berbuah banyak? Untuk itu diperlukan manajemen inovasi. Manajemen inovasi adalah proses menatakelola inovasi sehingga menghasilkan kesuksesan ekonomi dan sosial yang diperoleh secara efisien dan efektif dengan memampukan seluruh sumber daya organisasi dari dalam maupun dari luar. Nah, di dalam menatakelola inovasi tersebut, juga diperlukan inovasi manajemen. Inovasi manajemen di sini didefinisikan sebagai perubahan cara menatakelola dengan meninggalkan prinsip, proses, dan praktik manajemen tradisional atau bentuk dan desain organisasi tradisional, yang sudah tidak sesuai untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan organisasi serta pihak-pihak pemangku kepentingan yang berada di luar organisasi. Keberhasilan manajemen inovasi ditunjang oleh inovasi manajemen karena inovasi manajemen mengubah cara manajer bekerja.

Terdapat empat fase dalam inovasi manajemen. Fase pertama adalah menemukan masalah dan mengidentifikasi tantangan yang membutuhkan pendekatan non-konvensional. Fase kedua adalah mendekonstruksi ortodoksi manajemen berupa dogma, standar konvensional, keyakinan, mitos dalam organisasi yang membatasi ruang lingkup inovasi manajemen. Fase ketiga menekankan pada pencarian dan penemuan prinsip-prinsip baru dan model-model baru manajemen dengan menggunakan pendekatan interaktif kolaboratif. Fase keempat, menekankan pada aktivitas eksperimen, pembelajaran, dan adaptasi dengan keyakinan bahwa inovasi manajemen harus dilakukan secara tegas dan hati-hati, radikal dan praktis yang membutuhkan metodologi yang dirancang dengan baik untuk eksperimentasi, pembelajaran dan adaptasi.
Upaya inovasi pada tingkat apapun (individu, organisasi, dan sosietas/negara) perlu didahului dengan perubahan dan transformasi dalam organisasi atau dalam lingkungan di mana inovasi akan dilakukan atau ingin terjadi, baik itu transformasi desain organsiasi maupun pola pikir (mindset) yang mengarah pada perubahan perilaku. Transformasi organisasi berkaitan dengan perubahan organisasi dari yang sebelumnya kurang kondusif untuk inovasi ke arah bentuk organisasi yang kondusif untuk inovasi. Pada tingkat individu, perubahan desain organisasi menyangkut perubahan arah dan fokus individu, termasuk meninjau dan merefleksikan kembali tujuan-tujuan hidup individu. Pada inovasi tingkat organisasi, perubahan desain organisasi menyangkut perubahan arah dan fokus organisasi yang menekankan pada pertumbuhan dan inovasi, penyesuaian atau perubahan struktur organisasi, penyesuaian atau perubahan proses komunikasi dan koordinasi, perubahan sistem imbal jasa, dan praktik manusa karya (people management). Pada tingkat sosietas atau negara, perubahan desain organisasi menyangkut perenungan, refleksi dan perubahan arah serta fokus negara dan pembangunan. Hal ini menyangkut landasan dan rancangan pembangunan yang memampukan negara menciptakan nilai tambah bagi masyarakatnya. Negara dapat dengan kokoh berada di tengah guncangan-guncangan sosial ekonomi politik karena negara memiliki kreativitas sosial yang menjadi salah satu kunci pemicu inovasi dan ketahanan inovasi (innovation endurance).

Bagaimana agar inovasi berhasil? Avanti merujuk pendapat Hansen dan Birkinshaw (2007) yang memberikan kerangka kerja komprehensif rantai nilai inovasi untuk membantu organisasi menciptakan dan menjadikan inovasi-inovasi organisasi perusahaan berhasil secara ekonomi. Rantai nilai inovasi mencakup tiga aktivitas utama: 1) Penggalian ide dan konsep (idea generation), 2) Pengembangan untuk mengubah ide dan konsep menjadi produk (idea conversion), dan 3) Penyebaran ide atau produk di pasar (idea diffusion, spread of the ide). Pada setiap aktivitas rantai nilai inovasi tersebut harus mampu menciptakan nilai tambah. Keseimbangan kekuatan harus ada pada tiga aktivitas tersebut. Analisis rantai nilai inovasi ini dapat diterapkan pada setiap upaya inovasi di tingkat individu, organisasi, dan masyarakat/negara.

Avanti juga mengambil hasil riset Arnoud De Meyer dan Sam Garg (2005) yang menguak faktor-faktor yang menghambat jalannya inovasi di Asia, menyimpulkan adanya delapan prinsip manajemen inovasi: 1) Tidak ada inovasi tanpa kepemimpinan, 2) Inovasi membutuhkan manajemen risiko yang terkalkulasi, 3) Inovasi dipicu oleh kreativitas, 4) Inovasi membutuhkan integrasi organisasi, 5) Keberhasilan dalam inovasi membutuhkan keunggulan dalam manajemen proyek, 6) Informasi adalah sumber daya penting untuk efektivitas inovasi, 7) Hasil dari upaya kretaif perlu dilindungi, dan 8) Inovasi yang berhasil berakar pada pemahaman yang baik tentang pasar.

Avanti mengemukakan dua prinsip inovasi. Dua prinsip inovasi ini melatarbelakangi setiap prose penciptaan nilai yang pengelolaannya dibantu oleh delapan prinsip manajemen inovasi. Pelaksanaan prinsip manajemen inovasi perlu bertolak dari dua prinsip inovasi ini: 1) Proses penciptaan nilai dilakukan secara bekerja sama dengan konsumen/pengguna, dan 2) Tidak satu pun perusahaan/organisasi yang memiliki pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sumber daya yang cukup untuk melakukan penciptaan nilai secara bersama dengan konsumen sehingga setiap perusahaan/organisasi harus belajar untuk mengakses sumber daya dari berbagai sumber (None of us is as smart as all of us).

PENUTUP
Sebelum saya menutup resensi ini, perkenankan saya mengutip salah satu testimoni pembaca buku Avanti Fontana berikut ini:

Jika Anda, organisasi atau perusahaan Anda ingin ‘segera mati’ berhentilah berkreasi-berinovasi-berkolaborasi. Tapi, jika ingin ‘hidup selamanya,’ bacalah buku ini, yang memuat berbagai tips manajemen millennium ketiga-multivitamin paling ampuh untuk berbagai kepentingan. (Robert Eppedando, Director of Universe Music Consulting (UMEC); Penulis Quantum Music: Music Multidimensi)
Para pembaca, sebanyak 38 tokoh penting, baik dari dalam maupun luar negeri, yang memberikan testimoni mengenai buku DR. Avanti Fontana ini.  Apresiasi dan sambutan yang luar biasa dapat kita rasakan dengan membaca testimoni yang mereka sampaikan. Jadi, rugi jika Anda tidak membacanya. Selamat membaca. Semoga bermanfaat!

___________________________________________________

DR Avanti Fontana, lahir di Jakarta, 4 Juni 1970. Memperoleh gelar Docteur en Sciences de Gestion (Doktor dalam bidang Manajemen) dengan kajian Manajemen Inovasi dan Teknologi pada Departemen Strategi dan Manajemen ESSEC Business Scholl dan Program Pasca Sarjana Departemen Manajemen dan Organisasi pada Universitas Paul Cezanne d’Aix-Marseille III, keduanya di Perancis, pada November 2003.

LEADERS WITH PASSION

                                              

Apakah Anda mengenal salah satu dari nama-nama di bawah ini?

Hasnul Suhaimi, Franciscus Welirang, Y.W. Junardy, Susilo Hertanto, Seto Mulyadi, dr. Enrina Diah, Jeffry Mulyono, Farid Ganio Tjokrosoeseno, Achmad Daris, Joris de Fretes, Muliawan Margadana, Lies Sudianti, Kasandra Putranto, Harry Tampi, Fathulloh, Agus Suprapta, F.X. Sri Martono, dan Trijondro Baskoro.

Mereka adalah pribadi-pribadi yang gigih, ulet, dan tekun menerjang segala penghalang demi menggapai cita-cita. Mereka adalah pemimpin di bidang masing-masing, yang semuanya asli Indonesia, yang memiliki passion. Sebuah istilah yang sulit dicari padanan katanya yang tepat dalam bahasa Indonesia. Barangkali definisi berikut dapat menjelaskan istilah itu: Passion adalah kualitas motivasi yang membuat seseorang atau kelompok orang bekerja dengan sangat baik secara terus-menerus.

Shaheena Nazir dan Harry Purnama, mencoba menggambarkan istilah passion dengan menyajikan kisah-kisah petualangan mereka yang inspiratif, dalam sebuah buku yang berjudul Leader with Passion. Membaca kisah pengalaman hidup mereka dalam buku ini, Anda pasti akan terkesima. 

Buku ini memberikan suatu eksplorasi berharga tentang prinsip, elemen, mekanisme, karakteristik dan kompetensi passionate leaders, baik dalam kontek personal maupun organisasi. Ringan, unik, dan inspiratif. Tiga kata yang pantas disematkan pada buku yang mencoba mengangkat satu tema yang sama sekali baru dalam kepemimpinan abad 21. Kelebihan lainnya, buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian kualitatif terhadap 18 tokoh pemimpin di atas yang dilakukan selama kurun waktu Oktober 2008 hingga Juni 2010.

Hasnul Suhaimi, salah satu tokoh yang digambarkan dalam buku ini, adalah seorang anak muda yang berasal dari Bukit Tinggi Sumatera Barat, yang memiliki mesin passion yang kemudian mengubah hidupnya menjadi berarti. Ia memiliki sebuah mimpi. Mimpi itu sangat jelas. Ia ingin menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh sehingga dapat berkarya dan memberi manfaat bagi banyak orang. Menuntut ilmu adalah mimpi yang harus diwujudkan. Ia mendisiplinkan diri dan melakukan berbagai usaha untuk mempersiapkan dirinya. Hasnul muda memulainya dengan perjuangan demi perjuangan, mirip Martin Luther King, Jr. yang pernah berkata: “I have a dream.”

“Ayah saya adalah pengagum Bung Karno, dan saat saya berumur empat tahun, saya ingat dengan jelas, Ayah berkata kepada teman-temannya bahwa saya akan dimasukkan ke tempat di mana Soekarno menuntut ilmu, yaitu ITB.”

Hasnul muda belajar dengan sungguh-sungguh. Dia mempersiapkan dirinya dengan sangat baik, hingga akhirnya diterima di ITB dan meraih gelar sarjana Teknik Elektro pada tahun 1981. Mimpi sang Ayah agar Hasnul masuk ITB terwujud. Ia selalu ingat pesan kedua orang tuanya. Ayah saya selalu berpesan, “Carilah ilmu sebanyak-banyaknya.” Sedangkan Ibu selalu mengingatkan, “Kamu boleh menjadi apa pun, tapi ingat itu tetap dunia.” Hasnul adalah sosok yang bersahaja dan patuh pada orang tua.

Setelah kurang lebih delapan tahun bekerja, Hasnul kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri.

Saya mencari tahu bahwa syarat untuk mendapatkan beasiswa adalah nilai TOEFL yang baik dan saat itu saya mendapatkan nilai 573. Tetapi saya tidak diterima di Fulbright karena mereka telah menerima 2.000 aplikasi beasiswa. Namun saya tidak mengenal kata ‘tidak’. Saya tidak menyerah. Saya pergi ke East West Center dan memohon agar mereka dapat mempertimbangkan saya, walau mereka telah menutup penerimaan aplikasi. Saya berjuang dan berusaha sebaik mungkin. Akhirnya saya di terima di Universitas Hawaii. Di tempat itulah saya menyelesaikan MBA saya pada tahun 1992.”

Hasnul adalah pribadi yang percaya diri dan pantang menyerah. Dengan nilai-nilai hidup yang dipegangnya, pada tahun 2005 Hasnul Suhaimi diangkat sebagai Presiden Direktur PT Indosat. Pada tahun 2006, ia pindah dan menjabat posisi yang sama di PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL). Tidak hanya itu, ia juga dianugerahi berbagai penghargaan seperti SATYALANCANA WIRA KARYA, SATYALANCANA PEMBANGUNAN, dan Outstanding Entrepreneurship Award (Asia Pacific).

Sejak Hasnul bergabung di XL, perusahaan telekomunikasi ‘kecil’ ini semakin sukses. Saat ini, langkah XL ke depan adalah meraih lebih dari 30 juta pelanggan. Untuk itu XL berusaha menerapkan pelayanan terbaik kepada pelanggan maupun calon pelanggan. Dengan persaingan yang tinggi serta munculnya pesaing-pesaing baru, XL telah kehilangan banyak pelanggannya. Untuk mendapatkan pasar, Hasnul melakukan beberapa perubahan, seperti memperbaiki kualitas pelayanan, melakukan berbagai kegiatan promosi, dan merancang strategi penerapan harga. Hasilnya, pada tahun 2008, XL dinobatkan sebagai Best Corporate Social Responsibility, Best Marketing and Promotion, Best Customer Growth, Best Value Added Service, dan Best GSM Operator. Ayah yang merupakan sosok panutan saya mengajarkan,” Kamu berasal dari Sumatera namun kamu perlu belajar kebudayaan Jawa dan gaya hidup sebagaimana kamu tinggal di Jawa.”

Sebagai pemimpin, Hasnul telah mengambil segala kemungkinan untuk menantang proses (challenge the process), berpikir di luar kebiasaan (think uncommon), dan mencari cara-cara baru (find new ways) untuk terus meningkatkan kinerja perusahaan. Kesuksesan yang besar memerlukan keberanian. Keberanian untuk keluar dari zona nyaman (comfort zone) kita. Tanpa keberanian, tujuan tak akan pernah tercapai. Berpikirlah di luar kebiasaan. Stephen Covey dalam The 8 th Habit menulis: “Jika Anda ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, Anda perlu melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya.”

Satu hal lagi, Hasnul juga menunjukkan sebagai sosok yang berjuang, berkorban, melewati segala rintangan, dan melangkah terus berapa pun jarak yang harus di tempuh demi meraih tingkat tertinggi atau hasil yang terbaik. Ia adalah sosok yang passionate yang siap membayar berapa pun harganya demi mencapai suatu tujuan. Banyak orang mengatakan bahwa mereka bersedia membayar berapa pun harganya demi meraih tujuan, tetapi nyatanya mereka tidak memiliki komitmen total.

Dalam pengalaman XL, untuk meningkatkan pelanggan dari 9,5 juta pada tahun 2005, hingga melonjak menjadi 26 juta pelanggan pada tahun 2008, Hasnul dan teman-teman di XL tahu bahwa hal itu tidak mungkin terjadi tanpa kerja keras. Pada tahun 2005, Hasnul mendapat penghargaan sebagai Cellular Man of The Year oleh Asosiasi Jurnalis Indonesia. Kemudian pada Februari 2010, XL di bawah Hasnul menggeser Indosat dengan naik tingkat menjadi perusahaan operator selular ke-2 terbesar setelah Telkomsel dengan total pelanggan 31,4 juta. Selain pertumbuhan pelanggan, PT XL Axiata Tbk juga melaporkan peningkatan pendapatan usaha menjadi Rp13,9 triliun pada tahun 2009. Tujuan yang dideklarasikan Hasnul sebagai CEO telah dimengerti oleh seluruh eksekutifnya sebagai ‘menjadi 1-2-3’. Artinya bergerak dari posisi ketiga menjadi yang kedua, hingga akhirnya menjadi yang pertama. Tantangan berikutnya adalah menggeser dominasi Telkomsel yang jumlah pelanggannya telah mencapai 82 juta pelanggan.

Sungguh luar biasa bukan cerita di atas? Dan masih banyak cerita menakjubkan lainnya yang bisa Anda peroleh dengan membaca buku Shaheena Nazir dan Harry Purnama.  Mereka berdua menyimpulkan berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat empat prinsip passion: Pertama, pada umumnya para tokoh-tokoh tersebut memiliki tujuan yang jelas (goal). Kedua, mereka memiliki nilai-nilai hidup yang baik (value). Ketiga, mereka memiliki energi yang melimpah dan tidak ada habis-habisnya (fuel). Keempat, mereka menikmati sukses-sukses kecil, sebagai learning point untuk terus meraih mimpi-mimpi yang lebih besar.

Selain itu, ditemukan 6 karakteristik individual passion: Pertama, berkomitmen untuk melakukan yang terbaik. Kedua, terbuka dan siap untuk terus belajar. Ketiga, tidak berserah pada ‘nasib’. Keempat, mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru yang produktif. Kelima, berjuang untuk meraih kesuksesan. Dan keenam, berani mengambil tanggung jawab penuh.

Marthin Luther King Jr. pernah berkata:

Jika seorang pria dipanggil untuk menjadi penyapu jalanan, ia harus menyapu sebaik Michaelangelo melukis, atau Beethoven menggubah musik, ataupun Shakespeare menulis puisi. Ia harus menyapu jalanan dengan sangat baik sehingga penghuni syurga dan dunia akan berhenti sejenak dan berkata, ‘Di sini hidup seorang penyapu jalan hebat yang melakukan pekerjaannya dengan baik. Si Tukang sapu itu tidak dipaksa oleh siapapun di luar dirinya untuk menyapu dengan sangat baik. Ia bekerja dengan soul, dengan seluruh jiwanya.”
         
          Bagaimana dengan Anda?

Senin, 23 April 2012

Pemimpin Narsistik



Kasihanilah seorang pemimpin yang terjebak pada dua keadaan: senantiasa dikritik tanpa rasa cinta, dan tanpa kritik orang yang dicintai

(Kouzes dan Posner, 2007)

Minggu, 22 April 2012

Kata Terakhir

Kalau kita menyayangi orang-orang yang kita pimpin, Insya Alloh, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menunjukkan cara untuk membuat mereka dan kita lebih baik. Tuhan itu Maha Pencipta, segala kehendak-Nya terjadi.

Saya biasa tidur jam 20.00 dan bangun jam 2 pagi lalu sholat malam dan meditasi serta ceragem sekitar 30 menit lalu buka komputer buat tulisan atau nulis email.

Dalam meditasi biasa menyebutkan:

"Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Penyayang, aku sayang kepadaMu dan sayangilah aku ... Tuhan Engkau Maha Pencipta , segala kehendakMu terjadi ..." Lalu saya memohon apa yang saya mau .... (dan diakhiri dengan mengucap): "Terima kasih Tuhan atas karuniamu."

Subuh saya sholat di mesjid sebelah rumah lalu jalan kaki dari Ciragil ke Taman Jenggala (pp sekitar 4 kilometer). Saya menyapa satpam, pembantu, dan orang jualan yang saya temui di jalan dan akibatnya saya juga disapa oleh yang punya rumah (banyak pejabat, pengusaha, dan diplomat), sehingga saya memulai setiap hari dengan kedamaian dan optimisme karena saya percaya bahwa apa yang Dia kehendaki terjadi dan saya selain sudah memohon dan bersyukur juga menyayangi ciptaanNya dan berusaha membuat keadaan lebih baik. Oh, ya, Tuhan tidak pernah kehabisan akal, jadi kita tidak perlu kuatir. 

Percayalah ...

Salam,
Widjajono

(Postingan terakhir Pak Wamen ESDM di milist Ikatan Alumni ITB)

Sabtu, 21 April 2012

Introspeksi Diri



Keganjilan kerap menjadi ciri khas manusia. Di depan sang Maha Perkasa, misalnya saat melakukan shalat, ia begitu perkasa untuk tidak berbuat nista. Ia mampu menyempurnakan jumlah rakaat shalat. Tetapi di hadapan diri sendiri atau orang lain yang maha lemah, di tempat kerja, di pasar, ia bertekuk lutut lunglai tak berdaya, sehingga ia dengan begitu mudah berbuat nista. Ia ingkari kesadarannya tentang Tuhan Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui.

(Syakrani, 2010)