Sabtu, 28 April 2012

LEADERS WITH PASSION

                                              

Apakah Anda mengenal salah satu dari nama-nama di bawah ini?

Hasnul Suhaimi, Franciscus Welirang, Y.W. Junardy, Susilo Hertanto, Seto Mulyadi, dr. Enrina Diah, Jeffry Mulyono, Farid Ganio Tjokrosoeseno, Achmad Daris, Joris de Fretes, Muliawan Margadana, Lies Sudianti, Kasandra Putranto, Harry Tampi, Fathulloh, Agus Suprapta, F.X. Sri Martono, dan Trijondro Baskoro.

Mereka adalah pribadi-pribadi yang gigih, ulet, dan tekun menerjang segala penghalang demi menggapai cita-cita. Mereka adalah pemimpin di bidang masing-masing, yang semuanya asli Indonesia, yang memiliki passion. Sebuah istilah yang sulit dicari padanan katanya yang tepat dalam bahasa Indonesia. Barangkali definisi berikut dapat menjelaskan istilah itu: Passion adalah kualitas motivasi yang membuat seseorang atau kelompok orang bekerja dengan sangat baik secara terus-menerus.

Shaheena Nazir dan Harry Purnama, mencoba menggambarkan istilah passion dengan menyajikan kisah-kisah petualangan mereka yang inspiratif, dalam sebuah buku yang berjudul Leader with Passion. Membaca kisah pengalaman hidup mereka dalam buku ini, Anda pasti akan terkesima. 

Buku ini memberikan suatu eksplorasi berharga tentang prinsip, elemen, mekanisme, karakteristik dan kompetensi passionate leaders, baik dalam kontek personal maupun organisasi. Ringan, unik, dan inspiratif. Tiga kata yang pantas disematkan pada buku yang mencoba mengangkat satu tema yang sama sekali baru dalam kepemimpinan abad 21. Kelebihan lainnya, buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian kualitatif terhadap 18 tokoh pemimpin di atas yang dilakukan selama kurun waktu Oktober 2008 hingga Juni 2010.

Hasnul Suhaimi, salah satu tokoh yang digambarkan dalam buku ini, adalah seorang anak muda yang berasal dari Bukit Tinggi Sumatera Barat, yang memiliki mesin passion yang kemudian mengubah hidupnya menjadi berarti. Ia memiliki sebuah mimpi. Mimpi itu sangat jelas. Ia ingin menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh sehingga dapat berkarya dan memberi manfaat bagi banyak orang. Menuntut ilmu adalah mimpi yang harus diwujudkan. Ia mendisiplinkan diri dan melakukan berbagai usaha untuk mempersiapkan dirinya. Hasnul muda memulainya dengan perjuangan demi perjuangan, mirip Martin Luther King, Jr. yang pernah berkata: “I have a dream.”

“Ayah saya adalah pengagum Bung Karno, dan saat saya berumur empat tahun, saya ingat dengan jelas, Ayah berkata kepada teman-temannya bahwa saya akan dimasukkan ke tempat di mana Soekarno menuntut ilmu, yaitu ITB.”

Hasnul muda belajar dengan sungguh-sungguh. Dia mempersiapkan dirinya dengan sangat baik, hingga akhirnya diterima di ITB dan meraih gelar sarjana Teknik Elektro pada tahun 1981. Mimpi sang Ayah agar Hasnul masuk ITB terwujud. Ia selalu ingat pesan kedua orang tuanya. Ayah saya selalu berpesan, “Carilah ilmu sebanyak-banyaknya.” Sedangkan Ibu selalu mengingatkan, “Kamu boleh menjadi apa pun, tapi ingat itu tetap dunia.” Hasnul adalah sosok yang bersahaja dan patuh pada orang tua.

Setelah kurang lebih delapan tahun bekerja, Hasnul kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri.

Saya mencari tahu bahwa syarat untuk mendapatkan beasiswa adalah nilai TOEFL yang baik dan saat itu saya mendapatkan nilai 573. Tetapi saya tidak diterima di Fulbright karena mereka telah menerima 2.000 aplikasi beasiswa. Namun saya tidak mengenal kata ‘tidak’. Saya tidak menyerah. Saya pergi ke East West Center dan memohon agar mereka dapat mempertimbangkan saya, walau mereka telah menutup penerimaan aplikasi. Saya berjuang dan berusaha sebaik mungkin. Akhirnya saya di terima di Universitas Hawaii. Di tempat itulah saya menyelesaikan MBA saya pada tahun 1992.”

Hasnul adalah pribadi yang percaya diri dan pantang menyerah. Dengan nilai-nilai hidup yang dipegangnya, pada tahun 2005 Hasnul Suhaimi diangkat sebagai Presiden Direktur PT Indosat. Pada tahun 2006, ia pindah dan menjabat posisi yang sama di PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL). Tidak hanya itu, ia juga dianugerahi berbagai penghargaan seperti SATYALANCANA WIRA KARYA, SATYALANCANA PEMBANGUNAN, dan Outstanding Entrepreneurship Award (Asia Pacific).

Sejak Hasnul bergabung di XL, perusahaan telekomunikasi ‘kecil’ ini semakin sukses. Saat ini, langkah XL ke depan adalah meraih lebih dari 30 juta pelanggan. Untuk itu XL berusaha menerapkan pelayanan terbaik kepada pelanggan maupun calon pelanggan. Dengan persaingan yang tinggi serta munculnya pesaing-pesaing baru, XL telah kehilangan banyak pelanggannya. Untuk mendapatkan pasar, Hasnul melakukan beberapa perubahan, seperti memperbaiki kualitas pelayanan, melakukan berbagai kegiatan promosi, dan merancang strategi penerapan harga. Hasilnya, pada tahun 2008, XL dinobatkan sebagai Best Corporate Social Responsibility, Best Marketing and Promotion, Best Customer Growth, Best Value Added Service, dan Best GSM Operator. Ayah yang merupakan sosok panutan saya mengajarkan,” Kamu berasal dari Sumatera namun kamu perlu belajar kebudayaan Jawa dan gaya hidup sebagaimana kamu tinggal di Jawa.”

Sebagai pemimpin, Hasnul telah mengambil segala kemungkinan untuk menantang proses (challenge the process), berpikir di luar kebiasaan (think uncommon), dan mencari cara-cara baru (find new ways) untuk terus meningkatkan kinerja perusahaan. Kesuksesan yang besar memerlukan keberanian. Keberanian untuk keluar dari zona nyaman (comfort zone) kita. Tanpa keberanian, tujuan tak akan pernah tercapai. Berpikirlah di luar kebiasaan. Stephen Covey dalam The 8 th Habit menulis: “Jika Anda ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, Anda perlu melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya.”

Satu hal lagi, Hasnul juga menunjukkan sebagai sosok yang berjuang, berkorban, melewati segala rintangan, dan melangkah terus berapa pun jarak yang harus di tempuh demi meraih tingkat tertinggi atau hasil yang terbaik. Ia adalah sosok yang passionate yang siap membayar berapa pun harganya demi mencapai suatu tujuan. Banyak orang mengatakan bahwa mereka bersedia membayar berapa pun harganya demi meraih tujuan, tetapi nyatanya mereka tidak memiliki komitmen total.

Dalam pengalaman XL, untuk meningkatkan pelanggan dari 9,5 juta pada tahun 2005, hingga melonjak menjadi 26 juta pelanggan pada tahun 2008, Hasnul dan teman-teman di XL tahu bahwa hal itu tidak mungkin terjadi tanpa kerja keras. Pada tahun 2005, Hasnul mendapat penghargaan sebagai Cellular Man of The Year oleh Asosiasi Jurnalis Indonesia. Kemudian pada Februari 2010, XL di bawah Hasnul menggeser Indosat dengan naik tingkat menjadi perusahaan operator selular ke-2 terbesar setelah Telkomsel dengan total pelanggan 31,4 juta. Selain pertumbuhan pelanggan, PT XL Axiata Tbk juga melaporkan peningkatan pendapatan usaha menjadi Rp13,9 triliun pada tahun 2009. Tujuan yang dideklarasikan Hasnul sebagai CEO telah dimengerti oleh seluruh eksekutifnya sebagai ‘menjadi 1-2-3’. Artinya bergerak dari posisi ketiga menjadi yang kedua, hingga akhirnya menjadi yang pertama. Tantangan berikutnya adalah menggeser dominasi Telkomsel yang jumlah pelanggannya telah mencapai 82 juta pelanggan.

Sungguh luar biasa bukan cerita di atas? Dan masih banyak cerita menakjubkan lainnya yang bisa Anda peroleh dengan membaca buku Shaheena Nazir dan Harry Purnama.  Mereka berdua menyimpulkan berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat empat prinsip passion: Pertama, pada umumnya para tokoh-tokoh tersebut memiliki tujuan yang jelas (goal). Kedua, mereka memiliki nilai-nilai hidup yang baik (value). Ketiga, mereka memiliki energi yang melimpah dan tidak ada habis-habisnya (fuel). Keempat, mereka menikmati sukses-sukses kecil, sebagai learning point untuk terus meraih mimpi-mimpi yang lebih besar.

Selain itu, ditemukan 6 karakteristik individual passion: Pertama, berkomitmen untuk melakukan yang terbaik. Kedua, terbuka dan siap untuk terus belajar. Ketiga, tidak berserah pada ‘nasib’. Keempat, mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru yang produktif. Kelima, berjuang untuk meraih kesuksesan. Dan keenam, berani mengambil tanggung jawab penuh.

Marthin Luther King Jr. pernah berkata:

Jika seorang pria dipanggil untuk menjadi penyapu jalanan, ia harus menyapu sebaik Michaelangelo melukis, atau Beethoven menggubah musik, ataupun Shakespeare menulis puisi. Ia harus menyapu jalanan dengan sangat baik sehingga penghuni syurga dan dunia akan berhenti sejenak dan berkata, ‘Di sini hidup seorang penyapu jalan hebat yang melakukan pekerjaannya dengan baik. Si Tukang sapu itu tidak dipaksa oleh siapapun di luar dirinya untuk menyapu dengan sangat baik. Ia bekerja dengan soul, dengan seluruh jiwanya.”
         
          Bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar