Sahabat Negeri ….
Adakah yang merasa pesimis dengan perbaikan kondisi
pengelolaan keuangan daerah yang masih carut marut? Adakah yang tergerak untuk
memberikan kontribusi nyata bagi perbaikan kondisi pengelolaan keuangan daerah
yang masih sakit itu?
Fakta
berbicara bahwa dari 524 pemerintah daerah yang ada di negeri ini, hanya 67 pemda
atau 12,79% yang mampu menyandang opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK
RI pada tahun 2011. Dari 416 pemda yang telah dilakukan audit oleh BPK RI atas laporan
keuangan pemda tahun 2011, sebanyak 67
pemda mendapat predikat WTP, 316 pemda mendapat predikat WDP (Wajar Dengan
Pengecualian), 6 pemda mendapat predikat Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat), dan 32 pemda
mendapat predikat Adverse (Tidak Wajar)
(sumber: http://www.ekon.go.id). Dengan demikian masih terdapat 87,21% pemda
yang masih bergelut dengan berbagai masalah terkait 4 kriteria yang ditetapkan oleh
BPK RI. Nah, terbayang kan
bagaimana kondisi pengelolaan keuangan daerah yang sesungguhnya?
Opini
WTP
merupakan opini tertinggi yang memberikan
gambaran bahwa kondisi pengelolaan keuangan daerah sebuah pemda telah sehat. Pemberian
opini oleh BPK RI didasarkan pada 4 kriteria utama, yaitu kesesuaian dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kecukupan penyajian dan pengungkapan
dalam laporan keuangan, kecukupan atas penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), serta ketaatan terhadap peraturan per-UU-an yang berlaku.
Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN), pemerintah pusat telah
mentargetkan 60% dari jumlah pemda yang ada atau sebanyak 315 pemda akan
memperoleh opini WTP pada akhir tahun 2014. Berbagai institusi pemerintahan
seperti Kementerian Dalam Negeri, BPK RI, BPKP, dan pemerintah daerah (termasuk
peran Inspektorat-nya) bersinergi bahu membahu menggapai asa mulia itu. Masalahnya,
apakah pemda sendiri menetapkan target serupa? Mampukah harapan itu diraih? Target
waktu yang ada tinggal tersisa dua tahun, sementara itu masih banyak lagi pemda
yang belum mampu meraih opini terbaik BPK RI tersebut.
Adakah
dari kita yang masih merasa pesimis atau malah skeptis dengan gambaran suram pengelolaan
keuangan pada pemda kita?
Jika
masih ada komponen anak bangsa yang pesimis atau skeptis dengan kemungkinan
membaiknya kondisi tata kelola keuangan pemda pada suatu saat nanti, tidak
demikian dengan sekelompok anak muda yang satu ini. Sebagai respon atas kondisi pengelolaan
keuangan daerah yang masih kelam, sekelompok anak muda tergerak hati dan
pikirannya untuk membentuk sebuah komunitas yang berupaya memberikan kontribusi
nyata bagi perbaikan kondisi pengelolaan keuangan daerah.
Anak-anak
muda ini adalah pegawai negeri sipil di sebuah instansi pengawasan yang
tugasnya bergelut dengan masalah ke-pemda-an. Gerah melihat kondisi tata kelola
keuangan yang masih kusut di pemerintah daerah, berbekal ilmu dan pengalaman, mereka
bersepakat membuat sebuah komunitas yang mampu menjembatani proses transfer knowledge yang tak berbiaya dan
mampu menjangkau berbagai kalangan luas. Sebuah terobosan penting (breakthrough) yang diharapkan mampu
menghilangkan berbagai barrier yang
menghambat proses peningkatan kapasitas SDM para pengelola keuangan daerah
seperti hambatan birokrasi, dana, jarak, dan waktu. Upaya tersebut diwujudkan
dengan membangun sebuah blog sebagai media untuk berdiskusi, berbagi, dan ngobrol dengan sesama anggota komunitas
yang mereka sebut “warkop mania”. Sebuah media komunikasi maya yang diharapkan
dapat menjangkau secara efektif berbagai komunitas seperti kalangan akademisi,
birokrat, mahasiswa, LSM, para praktisi dan pemerhati pengelolaan keuangan
daerah. Seluruh kalangan akan dapat mengakses 24 jam wahana ini tanpa adanya barrier tadi.
Komunitas
yang digagas oleh sekelompok anak muda peduli yang didorong oleh semangat none of us is as smart as all of us tersebut
lahir pada tanggal 22 Mei 2012. Pendirian komunitas tersebut ditandai dengan peluncuran
pertama kali blog mereka yang bernama warungkopipemda di sebuah warung kopi. Grand Launching sederhana dengan sebuah
pesta kecil yang jauh dari suasana hingar-bingar. Hanya optimisme yang tampak
dari wajah-wajah mereka ketika itu, bahwa komunitas ini akan mendapat sambutan yang
hangat dari banyak kalangan luas.
Nama
warungkopipemda terinspirasi dari warung-warung kopi yang banyak tersebar di
kota di mana anak-anak muda tersebut berkiprah, yaitu Makassar. Warung kopi di
kota Makassar, bahkan juga di berbagai kota di Sulawesi Selatan, adalah tempat
kumpul-kumpul berbagai kalangan. Baik politisi, birokrat pemerintahan, perumus
kebijakan, mahasiswa, LSM, dan masyarakat umum biasanya ngopi-ngopi di warung
kopi sambil mendiskusikan kondisi politik dan berbagai masalah yang terjadi di
daerah mereka.
Bak
sebuah warung kopi, berbagai menu terkait tata kelola keuangan daerah disajikan
di komunitas ini, seperti pengelolaan aset/keuangan daerah, prosedur pengadaan
barang dan jasa, sistem pengendalian intern pemerintah, akuntansi keuangan
daerah, bedah peraturan, sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, kumpulan
peraturan, serta menu opini anda. Sajian topik tulisan terhangat selalu
dihadirkan oleh anak-anak muda ini yang
niatnya adalah membantu para pengelola keuangan mengatasi berbagai permasalahan
tata kelola keuangan daerah yang masih mendera seluruh pemda. Ruang diskusi disediakan
dalam forum ini melalui fasilitas komentar, corat-coret, dan opini anda. Opini
Anda merupakan forum yang khusus disediakan bagi warkop mania untuk menuangkan
gagasan segarnya dalam bentuk tulisan di forum ini dan dapat dinikmati oleh anggota
komunitas lainnya sehingga terbuka sifatnya. Motto komunitas ini adalah dari kita, oleh kita, dan untuk kita.
Jika
dibandingkan dengan komunitas lainnya yang memanfaatkan blog sebagai media
berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai kalangan, komunitas yang
mengangkat tema pengelolaan keuangan daerah dengan format unik tersebut
merupakan yang pertama kali di negeri ini. Ide orisinil dan mencerahkan tampak
dari topik tulisan yang disajikan. Tulisan-tulisan dalam blog tersebut
disajikan secara ringan sehingga menarik orang untuk membacanya. Oleh karena
itu, dalam waktu enam bulan, komunitas ini telah mampu menarik 17.000 lebih
pembaca yang memberikan komentar serta tanggapan positif atas kelahirannya. Memang
bukan angka fantasitik, namun mereka berkeyakinan bahwa komunitas ini lambat
laun akan dikenal dari mulut ke mulut dan melalui strategi pemasaran yang
mereka terapkan.
Yang
menarik adalah bahwa komunitas ini tidak digarap secara asal-asalan. Ada
manajemen apik yang melandasi berjalannya komunitas ini. Dalam
mengoperasionalkan komunitas ini, anak-anak muda pendiri komunitas mulia ini
berpijak pada rencana strategis yang mereka susun dan mereka sepakati. Ada
visi, misi, tujuan/sasaran serta target terukur dalam jangka waktu tahunan
hingga lima tahun.
Visi
komunitas warungkopipemda sangat
menarik, yaitu “Menjadi komunitas yang diperhitungkan dalam penyusunan
kebijakan ke-pemda-an di Indonesia”. Visi ini mengandung greget yang besar
karena adanya kata diperhitungkan,
yaitu turut diperhitungkan dalam penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan daerah. Menjadi komunitas yang diperhitungkan berarti
bahwa warungkopi pemda diharapkan akan menjadi rujukan dan sumber referensi oleh para warkop mania atau siapapun yang
berkepentingan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah
ke-pemda-an. Dengan visi menjadi komunitas yang diperhitungkan dalam penyusunan
kebijakan ke-pemda-an di Indonesia berarti bahwa warungkopipemda suatu saat harus
mampu berdiri sejajar dengan organisasi-organisasi think-thank seperti KSAP, IIA, ataupun lembaga-lembaga perguruan
tinggi terkemuka yang berkecimpung dalam masalah penelitian dan kajian
ke-pemda-an. Ke depan warungkopipemda juga bermimpi akan mampu menjangkau dunia
internasional.
Warungkopipemda
menetapkan misi yang disusun berdasarkan empat perspektif Balance Scorecard (BSC), yaitu:
1. Mewujudkan Punggawa Warkop yang
Profesional dan Berkarakter (Learning and
Growth Perspective),
2. Mewujudkan diseminasi dan
publikasi yang dapat menjangkau seluruh komunitas lain di seluruh dunia melalui
pemanfaatan IT (Internal Business Process
Perspective),
3. Meningkatkan peran warungkopipemda sebagai referensi
dalam penyusunan kebijakan ke-pemda-an yang dapat diandalkan (Customer Perspective),
Dari
ketiga misi tersebut, tampak bahwa komunitas ini tidak berorientasi bisnis (Financial Perspective). Kontribusi yang
diberikannya murni nirlaba demi kemajuan pengelolaan keuangan pemerintah
daerah. Biaya operasional untuk menjalankan komunitas ini hanya berasal dari
iuran para punggawanya yang kecil nilainya, sekedar buat bayar kopi dan kudapan
sewaktu mereka mengadakan rapat di sebuah warung kopi setiap dua minggu sekali.
Selanjutnya,
komunitas ini juga berorientasi hasil. Hasil-hasil yang ingin dicapai selama
rentang waktu lima tahun telah ditetapkan dalam matriks tujuan, sasaran,
indikator kinerja, dan target kinerja yang merupakan alat ukur keberhasilan
pencapaian sasaran komunitas ini (lihat matrik Renstra Warungkopipemda Tahun
2012 – 2016 berikut ini).
Dari
rencana strategis dan rencana kerja tersebut tampak bahwa para punggawa komunitas
ini diprogramkan untuk senantiasa meningkatkan capacity building dengan cara meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mereka dengan membaca buku atau jurnal yang relevan, mengkaji, dan
mendiskusikan berbagai topik hangat seputar pengelolaan keuangan daerah sembari
ngopi bareng.
Ada program kerja yang menarik dan saat ini sedang berjalan, yaitu bahwa komunitas ini akan menyusun sebuah buku yang membahas berbagai permasalahan dalam pengelolaan barang milik daerah. Rencananya buku tersebut akan disajikan ke hadapan warkop mania paling lambat akhir tahun 2012. Buku tersebut diharapkan mampu membantu para pengelola barang milik daerah di pemda masing-masing dalam mengatasi berbagai permasalahan barang milik daerah yang masih menjadi penyebab utama kegagalan diraihnya opini WTP. Buku itu akan menyajikan 25 bahasan segar mengenai barang milik daerah dalam berbagai perspektif. Semoga upaya mulia tersebut berjalan sesuai rencana.
Ada
hal lainnya yang menarik, komunitas ini juga akan menggaet kerjasama dengan
berbagai komunitas lainnya seperti komunitas auditor internal dan komunitas
akademisi di perguruan tinggi. Kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk diskusi
atau seminar yang mengetengahkan tema pengelolaan keuangan daerah. Artinya,
komunitas warungkopipemda ini telah memposisikan dirinya sebagai anak gaul yang tidak introvert alias hidup terbuka dan berinteraksi
dengan komunitas-komunitas lainnya demi kemajuan daerah.
Bukti keprofesionalan
mereka dalam mengelola komunitas ini adalah dengan dibentuknya struktur kecil
untuk menggerakkan organisasi ini, berikut ini:
Struktur organisasi warungkopipemda
Bagaimana organisasi kecil ini bekerja? Setiap punggawa warungkopipemda mendapatkan “jabatan”. Setiap jabatan memiliki uraian tugas yang jelas seperti disajikan dalam matrik berikut ini:
Ketika komunitas ini
telah berjalan, ada cibiran bahwa semua ini dapat berjalan karena para
penggagas komunitas ini numpang ngetop
pada instansi di mana mereka bekerja dan adanya buruk sangka bahwa mereka akan mencari
kesempatan backstreet dari pekerjaan
dan profesi yang mereka tekuni saat ini. Ada kekhawatiran kegiatan komunitas
ini akan melanggar kode etik pegawai dan profesi mereka. Meskipun di dalam menu
Tentang Kami dalam blog mereka sama
sekali tidak menonjolkan status pekerjaan dan pendidikan, namun untuk menjawab cibiran
dan syak wasangka akan niat baik mereka tersebut, dalam waktu dekat mereka akan
menyusun kode etik untuk para punggawa warungkopipemda. Kode etik internal ini
akan menjadi pedoman mereka dalam bertindak sehingga tidak bertabrakan dengan
tugas pokok mereka sebagai pegawai negeri sipil dan etika profesi yang harus mereka
patuhi selama ini.
Nah, sahabat negeri, hadirnya
komunitas-komunitas seperti warungkopipemda mensyaratkan konsistensi para
punggawanya. Konsistensi dalam mengelola komunitas ini dengan tataran ikhlas
dan peduli akan nasib negeri ini. Konsistensi menjadi syarat karena hasil yang
diharapkan tidak serta merta dapat dilihat segera bagaikan menunggu sang surya yang
senantiasa terbit di setiap pagi. Bak perjuangan yang panjang, konsistensi
untuk selalu mengamati dan mencermati berbagai masalah pengelolaan keuangan
daerah di sekitar mereka, memikirkan, mendiskusikan, dan kemudian menyajikannya
dalam bentuk tulisan, sungguh sangat
diperlukan. Konsistensi yang dibahanbakari oleh semangat peduli tersebut akan
membuat komunitas ini mampu berumur panjang karena akan selalu dinantikan kehadirannya
oleh para warkop mania. Kehadiran komunitas seperti halnya warungkopipemda ini diharapkan
mampu menjadi trigger dalam proses perubahan bangsa ke arah yang
lebih baik. Bukan hanya sebagai penonton saja dalam proses sebuah perubahan.
Jika komunitas seperti ini disinergikan dengan komunitas lainnya yang memiliki
roh yang serupa tentu akan menciptakan ledakan dahsyat yang berdampak positif
bagi perbaikan negeri yang kita cintai ini.
Sambil berangan-angan seperti apa nantinya komunitas
ini akan tumbuh dan berkembang, saya teringat nyanyian karya Kusbini yang
terkenal:
Padamu negeri kami berjanji,
Padamu negeri kami mengabdi,
Padamu negeri kami berbakti,
Bagimu negeri, jiwa raga kami .
Harapan kita semua pada komunitas seperti warungkopipemda ini adalah mereka mampu mewujudkan karya nyatanya secara konsisten dan berintegritas demi perbaikan negeri yang kita cintai ini, khususnya perbaikan pada tata kelola keuangan pemerintah daerah agar menjadi lebih baik dari tahun ke tahun.
Semoga.
-O0O-