Kamis, 21 Maret 2013

Reformasi Birokrasi, Kepemimpinan, dan Pelayanan Publik: Kajian tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia*




14 tahun sudah perjalanan otonomi daerah sebagai buah reformasi. Banyak cerita sukses dan tak sedikit cerita mengenai kegagalannya. Otonomi daerah tanpa diikuti dengan reformasi birokrasi, perbaikan pelayanan publik, dan kepemimpinan yang berorientasi pada kepentingan publik telah menciptakan masalah baru di daerah dan menjauhkan masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Buku berisi kajian atas pelaksanaan otonomi daerah hingga tahun 2009 ini seakan menegaskan bahwa proses pembangunan di Indonesia belum menelurkan hasil nyata berupa “Indonesia Baru” sebagaimana cita-cita reformasi tahun 1998. Proses demokratisasi dan otonomi daerah masih menyisakan persoalan besar. Agus Pramusinto dan Erwan Agus Purwanto menyimpulkan dalam pendahuluan buku tersebut 4 (empat) hal:

Pertama, reformasi politik yang radikal ternyata tidak diimbangi dengan reformasi birokrasi yang jelas. Beberapa pertanyaan penting yang dapat diajukan terkait dengan reformasi birokrasi antara lain: 1. Bagaimana peran negara vis-à-vis sektor swasta dan masyarakat sipil harus diatur? 2. Bagaimana hubungan pusat dan daerah yang lebih sinergis harus dibangun? 3. Bagaimana pola hubungan horizontal antardaerah dapat dipolakan? 4. Bagaimana kelembagaan pemerintah lokal yang dapat menunjang pembangunan secara efektif dapat diwujudkan?  5. Bagaimana sistem kepegawaian yang berbasiskan merit system harus dibangun?
Kedua, reformasi yang dibangun belum mampu menghasilkan kepemimpinan yang mampu mentransformasikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Kepemimpinan politik dan birokrasi masih merupakan persoalan besar dalam perpolitikan dan pemerintahan di Indonesia. Perubahan proses regenerasi kepemimpinan dari oligarkis menjadi suatu model demokratis, di satu sisi melahirkan pemimpin-pemimpin lokal yang aspiratif terhadap tuntutan masyarakat, namun di sisi lain menjadi pemicu masalah yang lebih komplek: money politics, konflik antarpendukung, dan kualitas kepemimpinan terpilih yang diragukan kapasitas kepemimpinannya, serta affirmative action policy yang memberikan porsi keterwakilan kaum perempuan sebesar 30% di parlemen ternyata masih belum mampu dibuktikan dalam praktek karena kendala struktural maupun kultural. Di luar lembaga legislatif, pemimpin perempuan juga masih menduduki posisi marginal.
Ketiga, pelayanan publik yang merupakan denyut nadi pemerintahan tidak pernah dirasakan hasilnya secara nyata oleh rakyat. Pelayanan publik di negeri ini malah mengalami penurunan kualitas. Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan: 1. Aksesibilitas warga miskin terhadap pelayanan publik dasar seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan masih sangat rendah. 2. Sikap dan perilaku pejabat pelayan publik cenderung menonjolkan sebagai pangreh-praja yang jauh dari nilai-nilai sebagai seorang public servant. 3. Hak dan kewajiban antara warga dan pemberi layanan masih timpang sehingga warga dalam posisi yang selalu dirugikan. 
Empat, otonomi daerah yang seharusnya memberikan jawaban terhadap berbagai persoalan ternyata justru memberi banyak masalah, seperti kesenjangan pelayanan publik, alokasi anggaran yang banyak diserap untuk kepentingan birokrasi (elite capture), dan semakin maraknya korupsi di tingkat pemerintahan daerah.
Apa yang didiskusikan dalam buku ini? Buku ini membahas tiga isu besar, yakni reformasi birokrasi (dari penguatan negara sampai persoalan birokrasi), kepemimpinan (dari pilkada langsung sampai kepemimpinan perempuan), dan pelayanan publik (dari pemekaran hingga kesejahteraan ekonomi). Meskipun buku ini diterbitkan pada tahun 2009, namun isinya masih terasa relevan dengan kondisi otonomi daerah saat ini. Membaca buku ini tidak harus dimulai dari halaman pertama, namun sesuai kebutuhan pembacanya karena disajikan per topik bahasan.
Buku ini didedikasikan kepada Profesor Dr. Warsito Utomo dalam rangka pelepasan purna tugas beliau sebagai guru ilmu administrasi publik di UGM. Buku ini merupakan kompilasi berbagai topik dan isu terkait desentralisasi dan otonomi daerah, reformasi birokrasi, pelayanan publik, dan kepemimpinan, yang ditulis oleh 26 narasumber dengan berbagai latar belakang keilmuan. Para penulis tersebut merupakan murid, kolega, dan teman dari Profesor Dr. Warsito Utomo. Selama puluhan tahun, sejak awal tahun 80an, ketika belum banyak orang peduli dengan otonomi daerah, beliau telah menjadi bagian dari sedikit peneliti yang menekuni berbagai isu tersebut.

Buku ini pantas mengisi koleksi ruang perpustakaan pribadi dan kantor Anda.

*)    Kumpulan tulisan dari 26 narasumber yang merupakan pakar ilmu administrasi negara, ilmu politik,         ilmu   ekonomi, dan birokrat pemerintahan. Pengantar: Prof. Dr. Agus Dwiyanto. Editor: Dr. Agus Pramusinto, dan Dr. Erwan Agus Purwanto. Penerbit: Gava Media, MAP-UGM, dan JIAN-UGM.